8 Rangkaian Pernikahan Adat Bugis Makassar yang Penuh Makna

Jakarta – Bersiap menikah dengan orang Bugis atau memakai adat Bugis? Yuk memahami rangkaian pernikahan adat Bugis yang penuh makna dalam setiap prosesinya.
Banyaknya suku di Indonesia menjadi salah satu kekayaan bangsa yang kita miliki, termasuk dalam acara pernikahan. Setiap suku di Indonesia memiliki rangkaian pernikahannya sendiri, salah satunya suku Bugis, Makassar.

Rangkaian pernikahan adat Bugis dihiasi dengan berbagai prosesi yang penuh makna, dari sebelum acara akad nikah sampai setelah pernikahan. Bagi kamu yang berasal dari Tanah Jawa dan berencana menikahi orang Bugis, mungkin tak paham akan hal ini.

Untuk itu, mari memahami rangkaian pernikahan adat Bugis, Makassar, yang penuh makna. Berikut rangkaiannya:

1. Mammanu-Manu dan Madduta

Proses Mammanu-Manu menjadi tahap pertama yang dilakukan dalam rangkaian pernikahan adat Bugis. Proses ini disebut sebagai masa pendekatan calon pengantin.

Selanjutnya prosesi Madduta, yaitu saat pihak pria mendatangi orangtua wanita untuk meminta izin. Proses ini juga bisa digunakan untuk membahas perihal besarnya uang panai atau mahar pernikahan.

2. Mappetuada

Dalam rangkaian pernikahan adat Bugis selanjutany, ada yang disebut Mappetuada. Proses ini dilakukan ketika calon pengatin dapat mengumumkan mengenai tanggal pernikahan, besarnya mahar, dan persiapan lainnya.

Mappetuada biasanya diresmikan dengan mempelai pria yang mengirimkan hantaran berupa perhiasan kepada calon pengantin wanita.

3. Mappasau Botting dan Cemme Pasih

Proses ketiga dari rangkaian pernikahan adat Bugis adalah Mappasau Botting, yaitu merawat pengantin wanita. Dilakukan selama tiga hari sebelum hari H, dengan mandi uap dan menggunakan bedak hitam yang terbuat dari asam jawa dan jeruk nipis. Hal ini biasanya dilakukan setelah undangan pernikahan telah disebar.

Selanjutnya adalah Cemme Passih yang disebut mandi tolak bala. Bertujuan untuk meminta perlindungan Tuhan selama menjalani proses pernikahan hingga menjalani bahtera rumah tangga kelak.

4. Mappanre Temme dan Mappaci

Selanjutnya Mappanre Temme yang menjadi tahapan selanjutnya dari rangkaian pernikahan adat Bugis. Proses ini berupa kegiatan khatam Al-Qur’an serta memanjatkan doa kepada Allah SWT. Biasanya dilakukan dirumah dengan memberikan suguhan berbagai macam kue tradisonal suku Bugis.

Proses selanjutnya itu Mappaci, perlengkapan yang harus disiapkan untuk proses ini berupa sarung tujuh susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, dan jagung kering. Mappaci dilakukan dengan memberikan daun pacar ke calon pengantin sebagai bentuk doa restu.

5. Mappasili

Dalam rangkaian pernikahan adat bugis terdapat prosesi siraman yang disebut dengan Mappasili. Hal ini bertujuan untuk membersihkan calon mempelai sekaligus menolak bala.

Air siraman yang digunakan diambil dari tujuh mata air dan berisi tujuh macam bunga serta koin. Setelah proses siraman ini selesai biasanya koin di dalam air akan di ambil dan diberikan kepada keluarga yang belum menikah, dengan harapan agar dimudahkan bertemu jodohnya.

6. Mappasikarawa

Setelah akad nikah, mempelai pria akan dibimbing untuk masuk ke kamar pengantin dan bertemu dengan istrinya secara resmi. Sebelum memasuki kamar, akan ada ritual ketuk pintu dengan tujuan meminta izin kepada keluarga mempelai wanita untuk diizinkan masuk.

Barulah dilanjutkan dengan Mappasikarawa, yaitu bentuk sentuhan pertama suami kepada istrinya. Biasanya sentuhan tersebut diutamakan kepundak yang melambangkan kesetaraan dalam hubungan suami istri. Dan yang terakhir adalah pemakaian sarung yang kemudian dijahit, dengan harapan pasangan yang baru menikah terus bersatu dalam pernikah tersebut.

7. Mapparola

Mapparola, kunjungan mempelai wanita ke rumah orang tua mempelai pria. Dengan membawa seserahan yang berisi perlengkapan pribadi serta kue-kue tradisional Bugis.


Kunjungan ini menandakan kalau mempelai wanita diterima dengan baik dikeluarga mempelai pria. Pada proses ini, kedua mempelai kembali sungkem kepada orangtua dan kerabat yang dituakan dari mempelai pria. Setelah selesai, kedua mempelai akan kembali ke rumah mempelai wanita.

8. Ziarah dan Massita Beseng

Acara terakhir sebagai penutup dari rangkain pernikahan adat Bugis adalah Ziarah ke makam leluhur. Dilakukan satu hari setelah berakhirnya upacara pernikahan. Ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur mereka.

Kemudian ditutup dengan massita beseng yang merupakan pertemuan antar kedua keluarga pengantin untuk mempererat tali silaturahmi.

Itulah rangkaian pernikahan adat Bugis yang penuh makna dalam setiap prosesnya. Walau pada saat ini banyak yang lebih memilih pernikahan modern namun tidak ada salahnya jika kita tetap mendukung untuk melestarikannya. https://mauapalagi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*