Jakarta, CNBC Indonesia – Sudah rahasia umum bahwa banyak orang India yang menjadi bos perusahaan terknologi besar dunia, mulai dari CEO Microsoft Satya Nadella, CEO Alphabet (Induk perusahaan Google) Sundar Pihcai, CEO IBM Arvind Krishna, hingga CEO Adobe Shantanu Narayen.
Adapun alasan di balik ini, menurut mantan direktur eksekutif Tata Sons, R Gopalakrishnan, karena masyarakat India dilatih dengan cara gladiator.
“Dari akta kelahiran hingga akta kematian, dari penerimaan sekolah hingga mendapatkan pekerjaan, dari kekurangan infrastruktur hingga kapasitas yang tidak memadai, tumbuh di India melengkapi orang India jadi manajer alami,” jelasnya, dikutip dari BBC, Minggu (30/10/2022).
Selain itu, persaingan dan kekacauan disebut membuat masyarakat India jadi orang yang dapat memecahkan masalah dan beradaptasi. Fakta lainnya ada mereka sering memprioritaskan profesionalisme dibandingkan bantuan pribadi dalam budaya kantor Amerika yang terlalu banyak bekerja.
“Ini merupakan karakteristik pemimpin puncak di manapun di dunia,” kata Gopalakrishnan.
Selain itu, BBC melaporkan CEO kelahiran India yang berada di Silicon Valley adalah kelompok minoritas dari 4 juta orang yang masuk terkaya dan terdidik di AS. Satu juta diantaranya adalah ilmuwan serta insinyur, 70% lebih pemegang visa H-1B yakni izin kerja untuk orang asing yang dikeluarkan AS untuk insinyur software India, dan 40% dari semua insinyur di Seattle berasal dari India.
Menurut penulis The Other One Percent: Indian in America mengatakan itu adalah perubahan drastis dalam kebijakan imigrasi AS pada 1960-an. Setelah gerakan hak sipil, kuota asal nasional digantikan yang mengutamakan keterampilan serta penyatuan keluarga.
Setelah itu, banyak orang India dengan pendidikan tinggi dari ilmuwan, insinyur, dan dokter dan kemudian sebagian besar pemrogram software berbondong-bondong datang di AS.
Para penulis menambahkan imigran India berbeda dari negara manapun. Mereka bukan hanya memiliki hak istimewa dari kasta atas yang bisa mengenyam pendidikan perguruan tinggi terkenal, namun juga bagian yang lebih kecil mendapatkan biaya gelar master di AS.
“Ini adalah hasil terbaik dan mereka bergabung dengan perusahaan di mana yang terbaik naik ke puncak,” kata pengusaha teknologi dan akademisi Viviek Wadhwa.
“Jaringan yang dibangun [di Silicon Valley] juga memberi keuntungan, idenya adalah mereka akan saling membantu.” https://ujiemisiapel.com/