BUDI RAHMAN HAKIM
RM.id Rakyat Merdeka – Dalam sebuah kontestasi politik, apa pun bisa terjadi. Karena itu, para kontestannya harus siap dengan kenyataan terburuk menimpa diri. Tidak ada cacat saja dibuat ada, diada-adakan. Itulah jahatnya sebuah pragmatisme politik.
Cara umum seorang politisi untuk menang dalam kontestasi sedikitnya ada dua. Pertama, untuk yang ada di dalam pemerintahan, mereka terus mengumbar success story, keberhasilan dalam pembangunan, capaian, dan hal-hal positif lainnya. Kedua, untuk yang ada di luar lingkaran kekuasaan, mereka mengumbar janji positif ke depan sambil menggoreng program yang gagal dilaksanakan oleh lawan politiknya.
Kedua cara tersebut termasuk dalam positive campaign. Tujuannya, untuk mengerek naik tiga faktor dalam kemenangan. Yaitu meningkatkan popularitas di hadapan khalayak pemilih, meningkatkan kesukaan pemilih, yang ujungnya menaikkan elektabilitas atau keterpilihan.
Namun, jika cara ini buntu, seorang calon biasanya menggunakan pertarungan politik yang tidak sehat. Strateginya pun berubah, dari adu janji dan adu program menjadi saling menjelekkan, saling membusukkan. Inilah saat ketika negative campaign dan black campaign mulai berjalan.
Kalau sudah seperti ini, apalagi calon sudah sama-sama memiliki popularitas tinggi, maka yang dilakukan adalah saling merusak popularitas masing-masing. Bagaimana popularitas lawan terus digerus dengan pesan dan aksi yang menurunkan kesukaan dan keterpilihan. Segala macam isu pun dimainkan.
Sumber-sumber pembusukan itu banyak. Dari mulai rekam jejak pribadi sampai ke kehidupan keluarga. Seringkali tidak penting benar untuk dikonsumsi publik, namun tetap digoreng.
Inilah yang dimaksud dengan politik hantu atau politik genderuwo. Aktornya menakut-nakuti pemilih dengan sesuatu yang belum jelas terjadinya. Politik hantu ini sepertinya sedang beroperasi di dalam pentas kontestasi Pilpres.
Untuk rakyat, harus pintar dan berani dalam menghadapi politik hantu ini. Rakyat tidak harus peduli dengan semua pergunjingan siasat politik para kontestan. Santai saja. Gunakan akal sehat, kecerdasan, dan hati nurani.https://merujaksore.com/wp-admin