Kendati Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah memfasilitasi pemilih disabilitas netra dengan menyediakan template braille, masih saja ada yang kurang dalam pelaksanaannya. Apa yang bisa dilakukan untuk perbaikan ke depan?
“Pak, jangan nyontek ya, Pak,” gurau petugas tempat pemungutan suara (TPS) kepada M. Hamid Basuki, seorang tunanetra, sebelum dia menunaikan hak pilihnya dalam Pemilu 2024 pada 14 Februari silam.
Hamid, 47 tahun, yang berprofesi sebagai guru musik di sekolah luar biasa (SLB) Lebak Bulus, berjalan ke TPS bersama istrinya, Mareti Dewi Pamungkasih (47), dan putri semata wayang mereka, Farida Nurdina yang berusia 17 tahun.
Hamid dan Mareti sama-sama tunanetra. Di komplek perumahan Vila Gading Emas di Depok, Jawa Barat, keduanya mengaku sudah membaur dengan lingkungan setempat. Oleh karena itu, sapaan dan candaan ringan bagi mereka sudah menjadi sesuatu yang biasa.