Berdasarkan Panes Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), masih terjadi kenaikan di sejumlah kebutuhan pokok (bapok). Di antaranya beras medium, naik 0,07 persen menjadi Rp 14.300 per kg. Daging sapi naik 1,55 persen menjadi Rp 137.280 per kg, ayam naik 0,91 persen menjadi Rp 38.770 per kg, dan telor naik 1 persen menjadi Rp 32.770 per kg.
Kemudian, bawang merah naik 0,56 persen menjadi Rp 34.410 per kg, bawang putih naik 1,23 persen menjadi Rp 41.210 per kg. Cabe merah keriting juga melesat 3,14 persen menjadi Rp 66.210 per kg, cabe rawit merah juga naik 4,45 persen menjadi Rp 66.210 per kg. Minyak goreng kemasan sederhana naik 0,3 persen menjadi Rp 17.780 per liter, dan minyak goreng curah naik 1,34 persen menjadi Rp 15.930 per liter.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Isy Karim mengatakan, kenaikan ini sudah sesuai prediksi. Mengingat terjadi kenaikan rata-rata permintaan hingga 27 persen.
“Artinya memang ada potensi demand tinggi yang menyebabkan harga terkerek naik,” ungkapnya saat dihubungi Rakyat Merdeka.
Terkait daging ayam, dan telur, sebelumnya peternak berada dalam posisi sulit. Hal ini diakibatkan tingginya harga pakan: jagung, sementara permintaan cenderung belum meningkat. Sehingga menyebabkan sejumlah peternak melakukan afkir dini.
Hanya saja, Isy memprediksi, harga tersebut akan turun seiring produksi yang meningkat. Seperti beras, cabe, dan jagung pada bulan-bulan ini.
Isy menambahkan, sejumlah strategi terus dilakukan untuk menekan harga. Di antaranya dengan upaya efisiensi logistik pangan, tol laut, dan optimalisasi DMO terus Pemerintah lakukan.
Sementara, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo optimisme, keamanan stok pangan selama Ramadan. Terlebih, Pemerintah telah menerapkan lima program kunci untuk stabilisasi pangan. Yakni, penderasan stok beras, Gerakan Pangan Murah, Fasilitasi Distribusi Pangan, percepatan penyaluran jagung, dan bantuan pangan beras gratis kepada jutaan keluarga penerima manfaat.
“Sebagai upaya untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan bahan pangan,” kata Arief.
Anggota Komisi VI DPR, Nevi Zuairina mengkritisi, lonjakan harga sejumlah bapok sejak awal Ramadan. Kondisi ini tentu mencerminkan tekanan inflasi pada kebutuhan dasar masyarakat.
Kata dia, kenaikan tidak hanya terjadi pada beras, tetapi juga menyebar ke komoditas lain. Seperti bawang putih, bawang merah, cabe merah keriting, cabe rawit merah, telur ayam ras, gula konsumsi, dan minyak goreng kemasan.
“Ini sudah sangat tinggi harga-harga pangan kita. Jangan dibiarkan terus. Kasian rakyat yang terus mendapat dampak langsung situasi beras dan pangan lainnya yang mahal,” pinta Nevi.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut, kenaikan ini sudah terjadi sebelum Ramadan. Kata Bhima, penyebabnya karena biaya produksi naik, ditambah permintaan musiman Ramadan. “Siklus musiman kan memang ada kecenderungan masyarakat impulsif belanja lebih banyak dari kebutuhan. Ini dorong harga naik,” urai Bhima.
Ia memprediksi, dalam waktu dekat belum ada tanda-tanda penurunan harga. Bahkan trennya, akan terus naik hingga pasca Lebaran. Termasuk beras yang katanya akan berangsur turun, nyatanya akan tetap tinggi. Pantauan Bhima, panen raya padi di sejumlah daerah terlambat.
Netizen ikut mengomentari soal masih mahalnya harga bahan pokok. “Mau nanya, harga beras kapan turun? Harus jawab ya, soalnya semua warga udah nungguin,” pinta @yyriim. “Kemarau bisa kena sanksi pidana penyebab naiknya harga beras, dll,” kelakar @prabutadulako71.
“Orang Amerika sedang memikirkan pergi ke Mars. Orang Indonesia sedang memikirkan harga beras,” sindir @RiusMau575013.https://merujaksore.com/wp-admin